Pemerintah kemungkinan bakal menaikkan harga BBM bersubsidi apabila harga minyak mentah dunia menembus level US$ 150 per barel. Pemerintah sebelumnya telah memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi rata-rata 28,7%.
Harga premium dipastikan naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter, solar dari Rp 4.300 menjadi Rp 5.500 per liter. Sementara itu, harga minyak tanah cuma naik Rp 500, dari Rp 2.000 menjadi Rp 2.500 per liter.
Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Hanggono T Nugroho mengatakan, dalam dua hingga empat minggu ke depan, harga minyak mentah dunia akan terus membubung dan melebihi level psikologis US$ 150 per barel. Hal ini berimbas pada peningkatan harga keekonomian premium yang terkerek menjadi Rp 10.800 per liter, solar Rp 12.000 per liter, dan minyak tanah Rp 11.400 per liter.
"Jika itu terjadi, subsidi BBM ditaksir akan membengkak hingga mencapai level mengkhawatirkan, yaitu Rp 300 triliun," ujar Hanggono kepada Investor Daily di Jakarta, Kamis (22/5).
Direktur Eksekutif Refor-Miner Institute Pri Agung Rakhmanto mengakui, kecenderungan harga minyak yang terus naik sangat memungkinkan pemerintah menyesuaikan kembali harga BBM bersubsidi sebanyak dua kali dalam tahun ini. Sebab, hanya opsi menaikkan harga BBM yang paling cepat untuk mengamankan keuangan negara.
Dia menjelaskan, kenaikan harga BBM 28,7% hanya sanggup mengamankan keuangan negara pada posisi harga minyak US$ 130 per barel. Ketidakpastian kenaikan harga BBM, kata dia, secara otomatis juga semakin menekan keuangan negara.
Idealnya, dengan mempertimbangkan analisa ekonomi, kenaikan harga BBM memang harusnya langsung sesuai harga keekonomian, namun pertimbangan keadilan mutlak diutamakan," kata dia ketika dihubungi Investor Daily, tadi malam.
Hanggono menilai, jika prediksi kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut benar, tidak menutup kemungkinan terjadi kenaikan BBM bersubsidi jilid II menjelang akhir tahun nanti. Karena itu, dia menyarankan, pemerintah berhati-hati dalam menyampaikan langkah-langkah antisipasi kepada masyarakat mengenai tindakan yang akan diambil menyangkut penyelamatan APBN.
Minyak Dunia
Sementara itu, kemarin harga minyak dunia sempat melewati US$ 135 per barel karena penurunan yang tidak diduga dalam cadangan bensin dan minyak mentah Amerika Serikat serta ketatnya pasar.
Di perdagangan Asia, kemarin pagi, kontrak berjangka minyak utama New York jeni9 light sweet pengiriman Juli 2008, naik ke posisi tinggi US$ 135,04 per bar el sebelum turun menjadi US$ 134,87 per barel. Sementara itu, untuk kontrak berjangka acuan ditutup di level US$ 4,10 lebih tinggi pada posisi US$ 133,17 di New York Mercantile Exchange (Nymex) dan terus berlanjut adanya kecenderungan menguat, setelah beberapa jam di perdagangan elektronik.
Suplai OPEC
Sementara itu, suplai minyak dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bulan ini naik hingga 20.000 barel per hari (bph), menyusul tambahan produksi dari Nigeria di Arab Saudi. . Kenaikan tersebut menunjukkan suplai OPEC masih mencukupi untuk memenuhi permintaan minyak global.
Gubernur OPEC untuk lndo-nesia Maizar Rahman mengungkapkan, OPEC kemungkinan tidak akan menambah produksi hingga kuartal III 2008 karena konsumsi masih sepadan dengan pasokan minyak. "Saat ini konsumsi minyak sebesar 31 juta bph, kuartal selanjutnya akan naik menjadi 32 juta bph," ujar Maizar di sela rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, kemarin.
Dia menegaskan, tingginya harga minyak saat ini bukan karena suplai dari OPEC kurang, tapi melemahnya nilai tukar dolar AS. Menurut Maizar, OPEC selama ini selalu berprinsip pada pasokan dan penawaran. "Sedangkan suplai minyak saat ini sudah sangat cukup. Kalau sampai menambah, kita berarti melawan asas," jelas dia. Sumber : Investor Daily Indonesia.(SM)
sumber : vibiznews.com
0 comments:
Post a Comment